Saya percaya 100% bahwa secara lazim masyarakat Indonesia udah akrab dengan keliru satu kampus tertua di Dunia ini. Apalagi bagi masyarakat yang kerap mendengar ceramah Ustad Abdul Somad yang tetap viral di jagad dunia maya dan ditonton oleh jutaan orang.
Akhir-Akhir ini nama Universitas Al-Azhar di Mesir makin dikenal oleh masyarakat Indonesia, pasalnya beliau seringkali menyebut Universitas Al-Azhar didalam ceramahnya, baik itu mengatakan mengenai ulama-ulamanya ataupun sejarah dan kisah-kisah hikmah mengenai negeri ini.
Hal ini terhitung tak menyebabkan kita heran, sebab beliau sendiri memang alumni Universitas Al-Azhar, selanjutnya lantas beliau melanjutkan pendidikannya di Darul Hadits Maroko.
Namun beliau sendiri mengakui bahwa Universitas Al-Azhar benar-benar berkesan didalam kehidupan dan memberikan efek yang benar-benar besar didalam keilmuan beliau sendiri, hal itulah yang menyebabkan beliau kerap bernonstalgia dihadapan jamaah mengenang masa-masa beliau menuntut pengetahuan di Mesir ataupun mengikuti kursus bahasa arab.
Masih banyak lagi lainnya tokoh-tokoh di Indonesia maupun dunia yang merupakan alumnus Al-Azhar, sebab Universitas ini merupakan keliru satu kampus yang paling banyak memiliki mahasiswa asing di dunia.
Nah makin penasaran kan dengan kampus yang satu ini? Yuk baca sejarah singkatnya!
Sejarah Universitas Al-Azhar
Universitas ini kerap disebut-sebut sebagai tertua di dunia, sebab Al-Azhar didirkan terhadap tahun 932 M di bawah kekuasan Khalifah Bani Fathimiyyah yang menguasai Kairo pas itu. Sebenarnya tetap ada kampus yang lebih tua dari Al-Azhar ini, tetapi gaung dan pengaruhnya belum sebesar Universitas Al-Azhar.
Bani fathimyyah merupakan kekhalifahan yang menguasai Jazirah Arab dan Timur Tengah sekitar tahun 400 Hijriah. Kekhalifahan ini menganut Aliran Syiah, agar dahulunya Universitas AL-Azhar berpaham Syiah, loh! Raja yang memimpin saat itu bernama Jauhar Al-Siqli.
Universitas ini udah benar-benar eksis sejak awal pendiriannya, dahulu khalifah Bani Fathimiyyah memakai AL-Azhar sebagai pusat pendidikan Da’i dan Ilmuwan yang bertujuan untuk menyebarkan Paham Syiah ke semua dunia.
Saat Dinasti bani Fathimyyah runtuh dan digantikan oleh Ayyubiyyah, Universitas Al-Azhar sempat ditutup sepanjang nyaris 100 tahun untuk bersihkan jelas Syiah, dan terhitung agar Al-Azhar berpegang ke Ahlu Sunnah wal-Jamaah yang sesuai dengan tuntunan Nabi Muhamma SAW.
Selanjutnya Universitas makin berkembang pesat dengan jelas sunni yang diterima oleh semua dunia, agar banyak ulama-ulama dari penjuru dunia yang mampir untuk mengajar ataupun memperdalam pengetahuan dengan ulama-ulama Mesir.
Al-Azhar tetap memakai system pendidikan Talaqqi (seperti majlis keilmuan di Masjid) tanpa memakai ruang kelas ataupun tingkatan seperti S1, Magister atau Doktoral.
Uniknya, Pembaharuan Sistem Al-Azhar dilakukanpada awal abad 19 oleh Muhammad Abduh yang terhitung dikenal sebagai tokoh pembaharu Mesir. Sejak pas itulah kampus ini merasa memakai ruangan kelas, dukungan Ijazah dan Gelar dan juga memiliki proses Administrasi seperti yang kita rasakan hari ini.
Penggunaan ruang kelas dan wilayah kampus yang baru bertujuan agar Al-Azhar dapat menampung lebih banyak mahasiswa.
Selain itu pembaharuan ini ditunaikan agar Al-Azhar diterima dan dianggap oleh publik internasional sebagai lembaga pendidikan yang kredibel dan dipercaya klik disini
Kampus tua ini saat ini udah memiliki ratusan ribu mahasiswa Asing, hal ini merupakan bukti bahwa Azhar menjadi pusat keilmuan islam yang moderat dan dianggap oleh semua dunia.
Di sebagian Negara banyak alumni AL-Azhar yang menjadi pemimpin, lebih-lebih ada keliru satu Negara di afrika yang dipimpin oleh presiden yang alumni Al-Azhar.
Tahukah anda bahwa Universitas Al-Azhar ternyata memiliki system perkuliahan yang benar-benar unik dan berlainan dengan Indonesia ataupun Negara lain secara umum? Saya sendiri pun awalnya terhitung terheran-heran dengan jenis pembelajaran yang jauh berlainan dengan apa yang dibayangkan sebelumnya.
Nah agar anda tidak penasaran, disini akan aku paparkan 5 fakta unik seputar dunia perkuliahan di Al-Azhar Mesir, agar anda dapat tahu, mana yang lebih seru antara Al-azhar dengan kampus daerah anda berkuliah sekarang, hehe.
Universitas Al-Azhar tidak memakai Sistem Absensi.
Kuliah di Al-Azhar gak memakai Absensi? Ah masa?!
Pada awalnya memang banyak orang yang kaget dengan proses yang tak biasa ini. Apalagi benar-benar jarang Kampus yang tidak memberlakukan Absensi di dunia ini.
Pihak kampus memang tidak memberlakukan absen kepada semua mahasiswa, agar mahasiswa tidak memiliki kewajiban untuk ada di kelas. Otomatis, Al-Azhar tidak akan menghitung nilai dari Kedatangan mahasiswa tersebut.
Al-Azhar cuma menghitung nilai para mahasiswa dari tiap-tiap ujian yang diadakan kampus tiap-tiap semesternya. Jadi mahasiswa cuma harus ada saat ujian saja, saat pembelajaran di hari biasa para mahasiswa tidak ditunutut untuk hadir.
Enak sekali bukan? Jadi anda dapat libur sepanjang tahun dan lumayan mampir ke kampus terhadap pas ujian saja, hehe. Akan tetapi jangan hingga menyontoh hal ini ya teman-teman! Karena akan benar-benar sulit jelas diktat kecuali tidak ada didalam kelas.
Walaupun tidak menerapkan system absensi, pihak kampus tetap menyeru para mahasiswanya untuk ada di kampus demi mengikuti pembelajaran.
Alasan Al-Azhar tidak menerapkan Absensi keliru satunya sebab pihak kampus ingin ada kesadaran dari didalam diri para mahasiswa yang mampir dan studi kesana, bahwasanya mereka adalah calon ulama masa depan yang udah harus mencari dan menggali khazanah keilmuan, agar system absensi cuma akan menyebabkan mahasiswa terpaksan berkuliah, dan Al-azhar tidak ingin mahasiswa menuntut pengetahuan agama didalam kondisi terpaksa.
Menurut sumber lain, kuantitas mahasiswa yang benar-benar banyak. Diperkirakan kuantitas mahasiswa Asing Al-Azhar saja udah raih 400.000 orang lebih, belum lagi dengan kuantitas mahasiswa Mesir yang berasal dari penjuru negeri.
Sehingga kecuali diwajibkan ada dan memakai system absensi, maka kelas-kelas di Kampus akan penuh sesak oleh mahasiswa dari 100 negara. Memang banyak versi mengenai alasan kenapa Al-Azhar tidak mewajibkan Kedatangan di kampus.
Namun alasan paling kuat yang aku dapatkan ialah sebab Al-Azhar itu terdiri dari 2 unsur utama. Unsur itu adalah Jami’ dan Jami’ah, yang berarti 2 unsur Lembaga pendidikan Al-Azhar itu terdiri dari Masjid (Jami’) dan Universitas (Jami’ah)
Maksudnya, pembelajaran di Al-Azhar itu tidak cuma di Universitas saja, tetapi terhitung menjaga sistemn perkuliahan Turats (tradisional) yang berlansung di masjid Al-Azhar.
Sehingga tanpa system absensi ini, mahasiswa dapat studi dan mengikuti majlis keilmuan yang diadakan didalam Masjid Al-Azhar.
Hal ini akan aku uraikan secara mendalam di fakta selanjutnya.
Al-Azhar itu Masjid (Jami’) dan Universitas (Jami’ah)
Nah inilah alasan kuat kenapa Al-Azhar tidak menerapkan system absensi di kampus. Karena Al-Azhar itu memiliki Unsur Masjid dan Universitas, dan 2 hal ini tidak terpisahkan sejak 1000 tahun yang lalu.
Sebelumnya udah aku jelaskan bahwa dahulu dari awal berdiri hingga abad 19, Universitas Al-Azhar memakai motede pembalajaran Tradisional (Turast) didalam edukatif para mahasiswanya.
Metode Turast ini maksudnya sebuah metode pendidikan yang berupa seperti halaqah keilmuan di mana para murid mendengarkan syekh atau guru mengatakan materi keilmuan, dan tempat yang digunakan pun kitab-kitab Turast dari abad pertengahan.
Didalam Masjid Al-Azhar pun terkandung Ruwaq (Kelas) yang digunakan para mahasiswa untuk studi keilmuan lazim dan sains.
Sedangkan Masjid Al-Azhar digunakan untuk pembelajaran Agama dan Syariat. Nah saat Muhammad Abduh mengusulkan agar Universitas ini memakai kelas dan dibuat wilayah kampus tertentu yang terletak disebelah masjid Al-Azhar agar dapat menampung lebih banyak mahasiswa lagi.
Sehingga semua majlis keilmuan dipindahkan ke wilayah kampus yang baru dengan system administrasi yang baru.
Walaupun begitu, Pihak Al-Azhar tetap menjaga system pendidikan Turast (cara pembelajaran berupa halaqah dan majlis) yang udah digunakannya sepanjang nyaris 1000 tahun. Tak heran Masjid Al-Azhar tetap eksis hingga saat ini dengan halaqah keilmuannya.
Pembelajaran yang ada di Masjid Al-Azhar saat ini ini pun cuma terfokus kepada kelimuan agama dan syariat, namun kelimuan lazim dipelajari di kampus saja.
Jadi kecuali berkuliah di Al-Azhar, anda akan merasakan system pendidikan moderen dan kuno secara lansung.
Tidak Ada Tugas Tulis ataupun Skripsi bagi Mahasiswa S1 di Al-Azhar.
Ini merupakan kabar baik bagi anda yang berkuliah dengan tenang tanpa tugas tulis ataupun skripsi sebagaimana yang terkandung nyaris diseluruh kampus di Indonesia.
Skripsi memang menjadi momok sebagian besar mahasiswa Indonesia, lebih-lebih kecuali kita mendapatkan dosen yang killer ataupun yang memiliki segudang kesibukan, berkuliah dengan tenang tanpa tugas tulis ataupun skripsi sebagaimana yang terkandung nyaris diseluruh kampus di Indonesia.
Nah sebab di Al-Azhar tidak ada tugas skripsi bagi mahasiswa S1 nya, maka ujian kelulusan cuma ujian lisan dan ujian tulis saja, sesudah ,mengikuti dua ujian berikut para mahasiswa lumayan tunggu hasil dan mendapatkan ijazah, simpel kan?
Karya Tulis ilmiah cuma diwajibkan bagi mahasiswa Magister dan Doktoral di Al-Azhar, namun Mahasiswa S1 tidak dibebankan tugas tulis ataupun skripsi sepanjang 4 tahun.
Salah satu alasan kenapa Universitas ini tidak mewajibkan karya ilmiah bagi masiswa S1, sebab pembelajaran pas S1 adalah masa bagi mahasiswa untuk isikan dirinya dengan keilmuan basic di beragam tekun keilmuan agama. Sehingga mahasiswa tidak dituntut untuk menorehkan wawasannya didalam sebuah karya tulis.
Setelah tamat dari S1 dan melanjutkan ke jenjang Magister, Al-Azhar merasa memberikan tugas tesis sebagai syarat kelulusan magisternya.
Lucunya, sebab tidak ada tugas Skripsi, banyak terhitung orang yang beranggapan bahwa kuliah di Al-Azhar itu mudah. Padahal, meskipun tidak ada tugas tulis atu skripsi, ujian di Al-Azhar itu terkenal sulit dan benar-benar panjang.
Bayangkan saja, ujian tulisannya saja dapat berlansung hingga 1 bulan lebih, belum dihitung dengan ujian lisan.
Selain itu, perbedaan iklim terhitung menjadi tantangan berat bagi mahasiswa saat ujian. Ujian semester genap umumnya ditunaikan di Musim panas yang suhunya raih 45 derjat celcius.
Ujian Semester ganjil pun ditunaikan di musim dingin yang menusuk yang suhunya dapat raih di bawah 5 derjat celcius. Jadi baik Semester ganjil ataupun genap, kedua ujian di Al-Azhar menjadi makin berat dengan cuaca ekstrem ini.
Meskipun tidak ada tugas skripsi, mahasiswa Indonesia di Al-Azhar harus hadapi tantangan lainnya yang tidak kalah sulitnya dengan teman-teman Mahasiswa di Indonesia.
Kuliah berlansung cuma sekitar 7 bulan sepanjang 1 tahun.
Selain tidak ada absensi dan skripsi, pas perkuliahan di Al-Azhar memiliki berlansung sepanjang 7 bulan sepanjang 1 tahun loh! Sangat sedikit sekali kan?
Jadi kecuali anda berkuliah disini, maka didalam 1 tahun anda cuma akan studi sepanjang 7 bulan saja
Nah itulah salah satu ciri khas kecuali berkuliah di Negara 4 Musim, kita kana sedikit lebih banyak menikmati liburan, hal ini sebab cuaca ekstrem yang tetap datang ke Negara-negara ini.
Berbeda dengan Indonesia yang cuacanya benar-benar stabil dan jarang berubah-ubah, Mesir memiliki iklim yang benar-benar ekstrem , suhu di Musim panas dapat raih 46 derjat celicus namun di musim dingin dapat di bawah 5 derjat atau lebih-lebih minus 1 celcius.
Karena cuaca ekstrim itulah, jam perkuliahan di Mesir lebih sedikit dibandingkan Negara-negara tropis lainnya.
Walaupun perkuliahan di kampus libur, mahasiswa tetap disarankan untuk mengikuti pembelajaran dan halaqah keilmuan di Masjid Al-Azhar yang tetap ada sepanjang tahunnya, agar mahasiswa tetap dapat menaikkan kapasitas keilmuannya.